MAKALAH
AQIDAH
Disusun
oleh:
Kelas/NIM : B/20140810075
Jurusan : Pendidikan Bahasa Inggris
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA
Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan mengucap syukur ke hadirat
Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia dan petunjuk-Nya, makalah ini dapat
terselesaikan tanpa halangan suat apapun. Shalawat dan salam tidak lupa penulis
sanjungkan kepada Nabiullah Muhammad saw.
Makalah ini penulis persembahkan
sebagai wujud komitmen penulis untuk memenuhi tugas sebagai Ujian Akhir
Semester Gasal Mata Kuliah AIK/ AL ISLAM (KBK). Makalah ini berisi tentang
penjelasan mengenai iman, akhlak, dakwah, dan hukum umat muslim terhadap
pelajaran bahasa inggris. Penulis menyadari bahwa tiada gading yang tak
retak.Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
terdapat kekurangan
dalam makalah ini.Kritik, saran dan masukan yang membangun sangat penulis
harapakan demi peningkatan dalam membuat makalah mata kuliah AIK/ AL ISLAM.
Demikian yang dapat penulis
sampaikan. Wallahu Waliyut Taufiq,
Wassalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
Yogyakarta, 20 Rabiul Awal
1436H
/
11 Januari 2015 M
Penulis
1. IMAN
KEPADA YANG GHAIB
Beriman
kepada yang ghaib adalah salah satu wujud ciri manusia yang bertakwa kepada
Allah SWT. Manusia diharapkan bukan
sekedar menganggap ciptaan yang ghaib berwujud/ada, melainkan juga senantiasa
meningkatkan kualits pengenalan kita terhadapnya. Tujuannya agar dapat dimanfaatkan sebagai sarana peningkatan wujud
seberapa besar wujud keimanan dan ketakwaan umat manusia kepada Allah SWT
sebagai Pencipta alam semesta dan Pengatur segala isinya.
Adapun
dalil-dalil Al-Qur’an yang menjelaskan tentang beriman kepada yang ghaib adalah
sebagai berikut, Artinya :
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang
beriman kepada yang ghaib…” (QS.Al-Baqarah[2]:2-3)
Ø Dalam
maksud dalil Al-Qur’an diatas. yang ghaib antara lain: Allah Yang Maha Ghaib-,
Malaikat, Ruh, An-Nafs/jiwa (bukan nafsu), Jin, dan sebagainya. Jadi, yang
ghaib terbagi menjadi dua jika dilihat status keberadaannya. Pertama sebagai
Pencipa, Allah SWT dan yang kedua yaitu malaikat, ruh, an-nafs/jiwa, jin, setan, dan
sebagainya.
Ø
Dalam
beriman terhadap hal-hal yang ghaib terdapat batasan-batasannya. Jika niat dan
cara kita melanggar aqidah ketauhidan, maka kita terjerumus kepada kemusyrikan,
namun seandainya kita mampu menjaga keikhlasan niat serta cara berinteraksi,
maka Insya Allah kita tetap berada pada jalur kebenaran.
a) Allah Al-Ghaib, di sisi-Nya Kunci Segala yang Ghaib
Artinya :“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy
[1189].
Tidak ada
bagi kamu selain dari padaNya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang
pemberi syafa’at [1190].
Ø Maka hanya Allah yang Maha Besar yang dapat memberi
segalanya karena Dia sang Pencipta dari segala sesuatunya yang ada di bumi.
Kemudian hanya Dialah yang menentukan nasib para pengikutnya
Artinya
:Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya
dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.Yang
demikian itu ialah Tuhan Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha
Perkasa lagi Maha Penyayang.”
(QS.As-Sajdah[32]:4-6)
Artinya: “Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi.
Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hujuraat[49]:18)
Ø
Jadi
apapun yang manusia kerjakan selama tinggal
di bumi, Allah Maha Mengetahuinya.
b)
Ayat-ayat Tentang Ruh
Artinya:“Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan
Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan
bersujud kepadanya.”
(QS. Shaad[38]:72)
Ø
Manusia
dapat hidup karena terdapat ruh yang ada dalam jiwanya sejak dalam kandungan
dan itupun Allah lah yang menciptakannya sebagai hal yang tak terlihat/ghaib
pula.
c) Ayat-ayat Tentang An-Nafs/Jiwa
Artinya:“Hai jiwa yang tenang(nafs al-muthmainnah).Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya.Maka masuklah ke dalam
jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS.
Al-Fajr[89]:27-30)
Artinya
:“Dan aku
tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafs itu selalu
menyuruh kepada kejahatan (an-nafs la amaroti bi suk) , kecuali (nafs) yang
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS.
Yusuf[12]:53)
Ø
Nafs
selalu menyuruh diri kita untuk berbuat kejahatan kecuali nafs yang diberi
karena rahmat dari Allah. Karena nafs ini menuntun kita ke jalan yang benar
untuk selalu berbuat kebaikan selama di dunia.
d) Ayat-ayat tentang Malaikat
Artinya:
“Demi
malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, dan (malaikat-malaikat)
yang terbang dengan kencangnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan
(rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya, dan (malaikat-malaikat) yang
membedakan (antara yang hak dan yang batil) dengan sejelas-jelasnya, dan
(malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu,” (QS. Al-Mursalaat[77]:1-5)
Ø
Malaikat
diciptakan dari nur (cahaya) oleh Allah dan bersifat ghaib. Mereka tak terlihat
dengan kasat mata dan kita pun dijaga oleh dua malaikat. Malaikat Rakib yang
ada di kanan mencatat amal baik dan malaikat Atid di kiri mencatat amal buruk
manusia.
Rasulullah SAW. bersabda:
“Jika seorang mukmin selesai membaca Al-Fatihah, maka malaikat mengamini
doanya.”
(HR Bukhari, Muslim, dan Malik ra)
Dari
Ali r.a., katanya: “Saya mendengar Rasulullah SAW. bersabda: “Tiada seorang Muslimpun yang menjenguk saudaranya
Muslim -yang sakit- di waktu pagi, melainkan ada tujuh puluh ribu malaikat yang
mendoakan padanya supaya memperoleh kerahmatan Tuhan sampai orang itu berada di
waktu petang dan jikalau ia menjenguknya itu di waktu petang, maka ada tujuh
puluh ribu malaikat yang mendoakan padanya supaya ia memperoleh kerahmatan
Tuhan sampai orang itu berada di waktu pagi. Juga orang tersebut akan
memperoleh tempat buah-buahan yang sudah waktunya dituai di dalam syurga.” (HRImam Tirmidzi).
e) Ayat-ayat tentang Jin
Artinya:
“Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS.
Adz-Dzaariyat[51]:56
Artinya:“dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS.
Ar-Rahman[55]:15)
Ø
Kita juga
harus mengimani adanya jin jin yang ada di bumi ini walalupun mereka bersifat
ghaib dan kita tak dapat melihatnya
f) Ayat-ayat tentang Iblis dan Setan
“Dan Kami
tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi,
melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setan pun memasukkan
godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan
oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu,
sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang
kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang lalim itu, benar-benar dalam
permusuhan yang sangat.” (QS. Al-Hajj[22]:52-53)
Ø Iblis dan setan juga ciptaan Allah yang dapat
menggoda iman manusia untuk menjauhkan perbuatan baik selama di bumi ini. Dalam
hal ini manusia diuji keimanan dan ketaatannya kepada Allah SWT. Maka dari itu,
sebaiknya kita sebagai umat muslim harus memperbanyak amal ibadah selama di
dunia untuk bekal di akhirat nanti. Terutama sholat wajib, agar hawa nafsu kita
tidak terdorong oleh setan dan iblis yang hanya ingin menjerumuskan ke dalam
kemaksiatan.
Dengan
mengenal kebaikan para ciptaan ghaib tersebut, kita dapat memanfaatkannya untuk
meningkatkan kebaikan kita.Demikian juga jika kita mengenal keburukan serta
kejahatan mereka, hal itu juga membuat kita mampu berwaspada serta berlindung
kepada Allah SWT dari keburukan dan kejahatan mereka.
2. BID’AH, TAHAYUL DAN KHUROFAT
a)
BID’AH
Bid’ah adalah suatu amalan yang diada-adakan
atau menambah amalan dalam ritual ibadah, padahal tidak dicontohkan oleh
Rasulullah saw.
Secara bahasa, bid'ah artinya penciptaan atau
inovasi yang sebelumnya belum pernah ada.Maka semua penciptaan dan inovasi
dalam ritual agama (ibadah mahdhah), yang tidak pernah ada pada zaman
Rasulullah, disebut bid'ah.
Adapun hadist hadist mengenai bid’ah adalah
sebagai berikut :
Artinya: “Hati-hatilah kalian terhadap perkara yang diada-adakan, karena setiap perkara baru itu bid’ah. Dan setiap kebid’ahan adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka”
Artinya: “Hati-hatilah kalian terhadap perkara yang diada-adakan, karena setiap perkara baru itu bid’ah. Dan setiap kebid’ahan adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka”
(HR. Baihaqy, An Nasai)
Artinya :“Barang siapa melakukan suatu
amalan (dalam agama) yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut
tertolak.” (HR. Muslim).
Artinya :“Barangsiapa yang mengada-adakan
hal baru dalam urusan kami ini (agama) padahal bukan dari bagiannya maka ia
tertolak.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Ø
Dakwah amar ma’ruf nahi munkar terhadap
seseorang yang melakukan bid’ah di lingkungan sekitar tentunya sangatlah perlu
dilakukan. Mengingat telah adanya hadist hadist yang menjelaskan ditolaknya
amal ibadah karena melakukan bid’ah dalam ibadahnya. Sebaiknya kita menuntunnya
ke jalan Allah SWT yang benar menurut syariat dan perintah-Nya dalam Al-Qur’an.
Mengajak dirinya untuk senantiasa menjalankan perintah Allah tanpa melakukan
perbuatan yang keluar dari ajaran Al-Qur’an. Meyakinkan seseorang itu untuk
berbuat yang benar sesuai aturan islam agar amal ibadahnya diterima oleh Allah
SWT
b)
KHUROFAT
Khurâfat secara
bahasa berarti takhayul, dongeng atau legenda.Sedangkan khurâfy adalah hal yang
berkenaan dengan takhayul atau dongeng.Dalam kamus munawir khurafat diartikan
dengan hal yang berkenaan dengan kepercayaan yang tidak masuk akal (batil).
Pengertian Khurofat dalam Islam
Khurâfat ialah semua cerita sama ada
rekaan atau khayalan, ajaran-ajaran, pantang-larang, adat istiadat,
ramalan-ramalan, pemujaan atau kepercayaan yang menyimpang dari ajaran Islam .
Berdasarkan pengertian di atas, khurâfat mencakup cerita dan perbuatan yang direka-reka dan bersifat dusta. Begitu juga dengan pemikiran yang direka-reka merupakan salah satu bentuk khurafat.
Berdasarkan pengertian di atas, khurâfat mencakup cerita dan perbuatan yang direka-reka dan bersifat dusta. Begitu juga dengan pemikiran yang direka-reka merupakan salah satu bentuk khurafat.
HUKUM KHURAFAT
Hukum Khurafat adalah haram
berdasarkan dalil Al Qur’an dan As Sunnah.Firman Allah swt.
Kemudian apabila datang kepada
mereka kemakmuran, mereka berkata: “Itu adalah karena (usaha) kami”. dan jika
mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan
orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu
adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.(Qs. Al A’raaf 7 :131)
Rasulullah saw
bersabda:
عَنْ عَبْدِ
اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ شِرْكٌ ثَلاَثًا وَمَا
مِنَّا إِلاَّ وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ (رواه ابو داو)
Dari Abdullah
bin Mas’ud ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik, (beliau mengucapkan)
tiga kali, dan tidak ada seorang pun diantara kita kecuali (telah terjadi dalam
hatinya sesuatu dari hal itu), hanya saja Allah menghilangkannya dengan
tawakkal kepada-Nya”. (HR. Abu Daud)
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ
=متفق عليه= وزاد مسلم (وَلاَ نَوْءَ وَلاَ غُولَ )
Dari Abu
Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Tidak ada ‘Adwa,
Thiyarah, Hamah, dan Shafar”. (HR. Muttafaqun Alaihi)Sedangkan dalam
riwayat Muslim menambahkan “Tidak ada Nau’ serta tidak ada Ghul”.
Ø
Amar ma’ruf nahi mungkar yang
harus kita lakukan ada dua. Pertama:
Bagi kita yang pernah terjerumus ke dalam khurafat, maka segeralah bertaubat
dari dosa bersar itu sebelum ajal menjemput. Firman Allah swt:
Artinya :Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.(Qs. Az Zumar 39: 53)
Ø Kedua: Al
Fa’l atau At-Tafa’ul (optimis atau rasa penuh harap) yaitu
berprasangka baik dan bertawakkal kepada Allah swt.
Sabda
Rasulullah saw:
عَنْ أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ قَالُوا
وَمَا الْفَأْلُ قَالَ كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ (متفق علي)
Dari Anas bin
Malik ra, bahwa Nabi saw bersabda :“Tidak
ada ‘Adwa dan Thiyarah, tetapi Al Fa’l menyenangkan diriku”. Para
shahabat bertanya : “Apakah Al-Fa’l
itu ? Beliau menjawab : “Yaitu kalimat Thayyibah”
(kata-kata yang baik). (HR. Muttafaqun
‘Alaih)
عَنْ عُقْبَةَ
بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَحْمَدُ الْقُرَشِيُّ قَالَ ذُكِرَتْ
الطِّيَرَةُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ
أَحْسَنُهَا الْفَأْلُ وَلاَ تَرُدُّ مُسْلِمًا فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا
يَكْرَهُ فَلْيَقُلْ: اَللَّهُمَّ لاَ يَأْتِي بِالْحَسَنَاتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ
يَدْفَعُ السَّيِّئَاتِ إِلاَّ أَنْتَ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ
بِكَ (رواه ابو داود)
Dari Uqbah bin
Amir ra, bahwa Ahmad Al Quraisyi mengatakan bahwa Thiyarah disebut-sebut dihadapan Nabi saw, lalu
beliau pun bersabda : “Yang paling baik adalah Al-Fa’l, dan Thiyarah tersebut
tidak boleh menggagalkan seorang muslim dari niatnya. Apabila salah seorang
diantara kamu melihat sesuatu yang tidak diinginkan maka supaya berdo’a: “Ya
Allah, tidak ada yang dapat mendatangkan kebaikan selain Engkau, tidak ada yang
dapat menolak keburukan selain Engkau, dan tiada daya serta kekuatan kecuali
dengan pertolongan Engkau”. (HR. Abu
Daud)
عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ
فَقَدْ أَشْرَكَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا كَفَّارَةُ ذَلِكَ قَالَ أَنْ
يَقُولَ أَحَدُهُمْ : اَللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَلاَ طَيْرَ إِلاَّ
طَيْرُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ (رواه احمد)
Dari Abdullah
bin ‘Amr ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :“Barangsiapa yang thiyarah (berfirasat buruk) telah mengurungkan
hajatnya, maka ia telah berbuat syirik. Para shahabat bertanya, “Lalu apakah
sebagai tebusannya ? Beliau menjawab, “Supaya ia mengucapkan: “Ya Allah, tiada
kebaikan kecuali kebaikan dari Engkau, dan tiada kesialan kecuali kesialan dari
Engkau, dan tiada sesembahan yang hak selain Engkau”. (HR. Ahmad)
c)
TAKHAYUL
Secara bahasa, berasal dari kata
khayal yang berarti: apa yang tergambar pada seseorang mengenai suatu hal baik
dalam keadaan sadar atau sedang bermimpi.
Takhayul diartikan juga: percaya kepada sesuatu yang tidak benar (mustahil) . Jadi takhayul merupakan bagian dari khurâfat.
Takhayul menjadikan seorang menyembah kepada pohon, batu atau benda keramat lainnya, mereka beralasan menyembah batu, pohon, keris dan lain sebagainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah (Taqarrub) atau karena benda-benda tersebut memiliki ke-digdaya-an (baca: kesaktian) yang mampu menolak suatu bencana atau mampu mendatangkan sebuah kemaslahatan. ini salah satu dampak takhayul. Jika demikian maka Tauhid Rubûbiyyah dan Tauhid Ibadah seorang hamba akan keropos dan hancur. Firman Allah;
ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى (الزمر:3)
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya"... (QS. 39:3).
Takhayul juga merupakan senjata para ahli bid'ah dalam menguatkan argumennya dengan dalih bahwasanya ini adalah sesuai dengan syari'at yang disandarkan secara dusta kepada salafus shalih.
Takhayul diartikan juga: percaya kepada sesuatu yang tidak benar (mustahil) . Jadi takhayul merupakan bagian dari khurâfat.
Takhayul menjadikan seorang menyembah kepada pohon, batu atau benda keramat lainnya, mereka beralasan menyembah batu, pohon, keris dan lain sebagainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah (Taqarrub) atau karena benda-benda tersebut memiliki ke-digdaya-an (baca: kesaktian) yang mampu menolak suatu bencana atau mampu mendatangkan sebuah kemaslahatan. ini salah satu dampak takhayul. Jika demikian maka Tauhid Rubûbiyyah dan Tauhid Ibadah seorang hamba akan keropos dan hancur. Firman Allah;
ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى (الزمر:3)
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya"... (QS. 39:3).
Takhayul juga merupakan senjata para ahli bid'ah dalam menguatkan argumennya dengan dalih bahwasanya ini adalah sesuai dengan syari'at yang disandarkan secara dusta kepada salafus shalih.
Ø
Usaha saya dalam beramar ma’ruf nahi mungkar terhadap orang yang
mempercayi takhayul adalah membantu dia untuk menjalankan perbuatan-perbuatan
yang disenangi Allah SWT sesuai syariat. Kemudian memperlihatkan mana perbuatan
yang baik dan buruk. Meyakinkan orang itu bahwa apa yang dia percayai seperti
benda-benda keramat itu semua tidak ada gunanya dan hukumnya musyrik bagi umat
muslim.
3.
AKHLAK
Secara
etimologi akhlaq adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku dan tabi’at.
Secara
terminologi akhlaq adalah suatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seorang manusia
yang dapat melahirkan suatu tindakan dan kelakuan dengan mudah dan sopan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
1) Akhlak
Terhadap Allah SWT
Akhlak kepada Allah SWT
dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan itu
memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana telah disebut dalam latar
belakang tadi. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu
berakhlak kepada Allah SWT.
Pertama, karena Allah SWT
–lah yang menciptakan manusia. Dia yang menciptakan manusiadari air yang
dikeluarkan dari tulang punggung dan tulang rusuk.Hal ini sebagaimana di firmankan Allah
SWT dalam surat At-Thariq ayat 5-7, sebagai berikut :
فَالْــيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ (۵) خُلِقَ مِنْ مَآءٍ دَافِقٍ (۶) يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصًّلْبِ وَالتَّرَآئِبِ (۷)
Artinya : “(5). Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar, (7). Yang terpancar dari tulang sulbi (punggung) dan tulang dada”.
Kedua, karena Allah SWT –lah yang telah member perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah SWT dalam syrat An-Nahl ayat 78 :
وَاللهُ أَخـْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا , وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ,
لَـعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ (۷۸)
Artinya : “(78). Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan DIa memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”.
فَالْــيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ (۵) خُلِقَ مِنْ مَآءٍ دَافِقٍ (۶) يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصًّلْبِ وَالتَّرَآئِبِ (۷)
Artinya : “(5). Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, (6). Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar, (7). Yang terpancar dari tulang sulbi (punggung) dan tulang dada”.
Kedua, karena Allah SWT –lah yang telah member perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah SWT dalam syrat An-Nahl ayat 78 :
وَاللهُ أَخـْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا , وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ,
لَـعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ (۷۸)
Artinya : “(78). Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan DIa memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”.
Ketiga, karena Allah SWT –lah yang
menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup
manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang ternak dan lainnya.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Jasiyah
ayat 12-13 :
اللهُ الَّذِيْ سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيْهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ (۱۲)
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِى السَّمَاوَاتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ جَمِيْعًا مِنْهُ , إِنَّ فِى ذَالِكَ لِآيَات لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ (۱۳)
Artinya : “(12). Allah -lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya dengan perintah-NYa, dan agar kamu bersyukur, (13). Dan Dia menundukan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari -Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.
Keempat, Allah SWT –lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan daratan dan lautan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Israa’ ayat 70 :
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْ أدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِبْرٍ مِمَّنْ
خَلَقْنَا تَفْضِيْلاً (٧٠ )
Artinya : “(70). Dan sungguh, Kami telah muliakan anak-anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di ats banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”.
Dari sedikit uraian diatas, kita memang benar perlu untuk berakhlak kepada Allah SWT. Karena alasan-alasan di atas adalah tolak ukur yang tepat dan terdapat perintah Allah SWT di dalamnya bahwa kita sebagai seorang muslim memang diharuskan untuk berakhlak kepada Sang Pencipta.
اللهُ الَّذِيْ سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيْهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ (۱۲)
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِى السَّمَاوَاتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ جَمِيْعًا مِنْهُ , إِنَّ فِى ذَالِكَ لِآيَات لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ (۱۳)
Artinya : “(12). Allah -lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya dengan perintah-NYa, dan agar kamu bersyukur, (13). Dan Dia menundukan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari -Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.
Keempat, Allah SWT –lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan daratan dan lautan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Israa’ ayat 70 :
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْ أدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِبْرٍ مِمَّنْ
خَلَقْنَا تَفْضِيْلاً (٧٠ )
Artinya : “(70). Dan sungguh, Kami telah muliakan anak-anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di ats banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”.
Dari sedikit uraian diatas, kita memang benar perlu untuk berakhlak kepada Allah SWT. Karena alasan-alasan di atas adalah tolak ukur yang tepat dan terdapat perintah Allah SWT di dalamnya bahwa kita sebagai seorang muslim memang diharuskan untuk berakhlak kepada Sang Pencipta.
Ø
Usaha saya dalam menjalankan akhlak
pribadi yang baik terhadap Tuhan ialah dengan cara menjalankan perintah Nya dan
menjauhi larangan Nya sesuai ajaran islam yang telah dijelaskan di dalam
ayat-ayat suci Al-Qur’an. Agar amal ibadah saya selama hidup di dunia diterima
oleh Allah SWT dan mendapatkan pahala sebagai bekal nanti di akhirat.
2) Akhlak
Terhadap Orang Tua
“Birrul
walidaini” yaitu ihsan atau berbuat baik dan bakti kepada
orang tua dengan memenuhi hak-hak kedua orang tua serta menaati perintah
keduanya selama tidak melanggar syariat.
Lawan
katanya yaitu “Aqqul walidaini”, yaitu durhaka kepada orang tua dengan
melakukan apa yang menyakiti keduanya dengan berbuat jahat baik melalui
perkataan ataupun perbuatan serta meninggalkan kebaikan kepada keduanya.
Hukum
bakti kepada orang tua wajib ‘ainiy (mutlak) sedangkan durhaka kepada keduanya
haram.
Adapun
dalil-dalil Al-Qur’an mnegenai berbakti kepada orang tua adalah sebagai
berikut:
1. Perkataan “Ah” saja
termasuk suatu dosa kepada orang tua apalagi, membentak, memukul, atau hal
lainnya yang lebih kejam.Selain itu juga perlu berlemah lembut kepada orang tua
selalu mendoakan keduanya agar dikasihi oleh Allah SWT.
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا
أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا . وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنْ
الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا .الإسراء 23- 24
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al Isra(17):23)
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil." (Al Isra(17):24)
2.
Perintah berbakti kepada orang tua setelah perintah untuk beribadah kepada
Allah tanpa mempersekutukannya. Hal ini menggambarkan pentingnya berbakti
kepada orang tua. Dalam ayat lain Allah SWT menjelaskan bahwa bersyukur kepada
orang tua (dengan berbakti kepada keduanya) merupakan kesyukuran kepada Allah
SWT, karena Allah menciptakan semua manusia dari rahim orang tua.
قُلْ
تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ
شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا .الأنعام :
151
Artiny: “janganlah
kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap
kedua orang ibu bapa,” (Al-An’am 151).
Jasa
orang tua terutama ibu diungkapkan dalam suatu ayat Al-Qur’an, dimana seorang
ibu rela berkorban dalam mengandung anaknya, kemudian menyusuinya.Semua jasa
orang tua di kala anak masih kecil dan lemah perlu diingat dan dikenang untuk
selamanya.
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنْ اشْكُرْ لِي
وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ[ لقمان
Artinya :Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Ø Usaha
saya dalam mewujudkan akhlak pribadi yang baik kepada orang tua ialah dengan
cara menghormati kedua orang tua saya. Terutama terhadap ibu, saya selalu
berusaha untuk menjadi anak yang solehah dihadapannya dan membuat bangga di
suatu hari nanti. Saya berusaha untuk selalu mentaati apa yang diperintahkan
oleh kedua orang tua saya selagi itu menuju ke perbuatan yang benar dan
diridhoi Allah SWT. Sebagai anak, saya selalu berusaha untuk berbakti kepada
kedua orang tua agar apa yang saya butuhkan dapat terkabul oleh Allah SWT.
3) Akhlak
Terhadap Diri Sendiri
a) ISTIQAMAH
Adalah
sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun mennghadapi
berbagai macam tantangan dan godaan.Seorang yang istiqamah adalh laksana batu
karang di tengah-tengah lautan yang tidak bergeser sedikitpun walaupun dipukul
oleh gelombang yang bergulung-gulung.Perinyah supaya beristiqamah dinyatakan
dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Allah berfirman, artinya:
“Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah
seorang manusia seperti kamu, diwahyukahn kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah
Tuhan yang Maha Esa, maka istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-rang yang
bersekutukan-Nya.” (QS.Fushshilat 41: 6)
Ø
Usaha pertama saya dalam mewujudkan
akhlak yang baik ialah dengan menanamkan
suatu aqidah yang kokoh dan benar dalam diri saya, yaitu melaksanakan ibadah yang tertib,
memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Seseorang tidaklah
dinamai berakhlak mulia bila tidak memiliki aqidah yang benar.
Maka saya akan selalu berusaha setiap hari berbuat dan berprasangka baik
terhadap orang yang disekitarnya. Kemudian mempelajari hikmah dan manfaatnya
dalam berakhlakul karimah didalam Al-Qur’an agar mengetahui pentingnya
membiasakan diri berperilaku terpuji. Dengan demikian saya dapat mengerti
tentang amalan-amalannya dan selalu berdo’a kepada Allah SWT supaya selalu
berada dalam lindungan Nya dan memohon ditunjukkan ke jalan yang lurus, tidak
lain ke jalan Allah SWT.
4) Akhlak
Terhadap Masyarakat
a) HUBUNGAN
BAIK DENGAN MASYARAKAT
Untuk
terciptanya hubungan baik sesama Muslim dalam masyarakat, setiap orang harus
mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing sebagai anggota masyarakat. Dalam
sebuah hadits, Rasulullah saw menyebutkan ada lima kewajiban seorang Muslim
atas Muslim lainnya. Beliau bersabda, yang artinya: “Kewajiban seorang Muslim atas Muslim lainnya ada lima: Menjawab salam,
mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, memenuhi undangan, dan menjawab
orang bersin,” (HR. Khamsah)
4. Sabar, Syukur dan Ikhlas
A) SABAR
Adalah
sifat terpuji dalam akhlak Islam. Dalam dalil Al Quran, Allah swt telah
memerintahkan umat muslim untuk memiliki sifat sabar dalam hal dan kondisi
apapun. Begitu pula Nabi Muhammad saw yang telah mencontohkan para pengikutnya
untuk selalu sabar dalam kehidupan sehari-hari, yang tertuang dalam dalil Al
Hadits.
Adapun
dalil-dalil Al Quran yang berkaitan dengan akhlak sabar
Artinya :“Sungguh
akan Kami berikan cobaan kepada kamu sekalian dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira
kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqarah:155)
Artinya: “Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa batas.” (QS.
Az Zumar:10)
Artinya :“Sungguh
Kami benar-benar akan menguji kamu sekalian agar Kami mengetahui orang-orang
yang berjuang dan orang-orang yang sabar di antara kamu sekalian.” (QS.
Muhammad:31)
Artinya: “mengatakan
bahwa sholat dapat membawa kita pada sifat sabar, serta Allah swt akan selalu
bersama orang-orang yang sabar”. (Al Baqarah:153)
Selain
terdapat dalil-dalil Al-Qur’an, adapun hadist-hadist diantaranya:
Dari Abu Malik Al Haris bin ‘Ashim Al Asy’ari
ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Suci adalah sebagian dari iman,
Alhamdulillah itu dapat memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah itu
dapat memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi, Shalat itu adalah
cahaya, Shadaqah itu adalah bukti iman, sabar itu adalah pelita, dan Al Quran
itu adalah hujjah (argumentasi) terhadap apa yang kamu sukai ataupun terhadap
apa yang kamu tidak sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya, ada
yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya.” (HR. Muslim)
Nabi Muhammad saw bersabda, “Memang sangat
menakjubkan keadaan orang mukmin itu; karena segala urusannya sangat baik
baginya dan ini tidak akan terjadi kecuali bagi seseorang yang beriman dimana
bila mendapatkan kesenangan ia bersyukur maka yang demikian itu sangat baik
baginya, dan bila ia tertimpa kesusahan ia sabar maka yang semikian itu sangat
baik baginya.” (HR. Muslim)
Dari Anas ra berkata, saya mendengar
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt berfirman: “Apabila Aku
menguji salah seorang hambaKu dengan buta kedua matanya kemudian ia sabar maka
Aku akan menggantikannya dengan sorga.” (HR. Bukhari)
Ø Sebagai
umat muslim, alangkah baiknya kita mempunyai sifat sabar yang tiada batasnya.
Karena, kita akan mendapatkan pahala dikala Allah menguji diri kita lewat
cobaan yangkecil maupun besar, kita bisa menghadapinya dengan sabar.
Sesungguhnya Allah SWT tak akan memberi cobaan diluar kemampuan manusia. Dalil
nya adalah firman Allah berikut ini : قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ
أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى
الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (١٠)
Artinya :”Katakanlah: ’Hai hamba-hamba-Ku yang
beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.’”
(QS. Az-Zumar: 10)
Sifat sabar
ini sangatlah berguna bagi saya karena supaya akhlak saya dapat menjadi lebih
baik ketika menghadapi suatu masalah atau cobaan dari Allah SWT.Kemudian juga
dapat membatasi diri agar tidak gegabah dalam mengambil keputusan atau
menyelesaikan suatu persoalan yang sedang dihadapi.
B) SYUKUR
Menurut
Dr. M. Quraish Shihab kata syukur ini berasal dari kata “syakara”
yang berarti “membuka”, sehingga ia merupakan lawan dari kata “kafara” (kufur)
yang berarti menutup atau melupakan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
Syukur
(bersyukur) berarti ungkapan rasa terima kasih kepada Allah swt.dengan membuka
atau mengakui bahwa nikmat tersebut berasal dari-Nya.Serta direalisasikan dalam
perbuatan dengan meningkatkan ketaatan kepada Allah, menggunakan nikmat tersebut
sesuai fungsinya, dan berusaha menahan diri dari larangan-Nya.
Pada
prinsipnya segala bentuk kesyukuran kita harus ditujukankepada Allah Swt.
sebagaimana Al-Quran memerintahkan umat Islam untukbersyukur
setelah menyebut beberapa nikmat-Nya:
Artinya:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.
(Q.S
Al-Baqarah: 152)
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang
Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar
kepada-Nya kamu menyembah”.(Q.S Al-Baqarah: 172)
Artinya:
“......dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. hanya kepada- Nyalah
kamu akan dikembalikan”. (Q.S al-Ankabuut: 17)
Ø Bersyukur
merupakan cara umat manusia berterimakasih kepada Allah SWT. Dalam hal ini saya
sebagai umat muslim selalu berusaha untuk selalu bersyukur atas nikmat dan
seagala sesuatunya yang diberikan oleh Allah SWT. Secara pribadi, bersyukur
sangatlah perlu diungakapkan melalui lisan maupun dengan perbuatan. Menempatkan
nikmat sesuai dengan fungsinya dan berusaha untuk selalu mentaatiperinyah-Nya
dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh-Nya.
C) IKHLAS
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan
sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan
agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak
menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal. Sedangkan secara
istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa
menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya darikotoran yang merusak.
Berikut dalil-dalil Al-Qur’an
mengenai akhlak ikhlas, diantarnya :
قُلْ
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya:
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S Al An’am ayat 162)
فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا
وَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ثَلَاثٌ لَا
يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ
أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ
مِنْ وَرَائِهِمْ [رواه الترمذي] [12]
Artinya :“
Dari Abdullah bin Ms’ud Nabi bersabda: semoga Allah memberikan cahay kepada
wajah orang yang mendengar perkataan Ku. Kmudian dia memahaminya, menghafalnya
dan menyampaikannnya.Betapa banyak orang yang membawa Fiqih kepada orang yang
lebih paham daipadanya. Tiga hal yang hati seorang muslim tidak akan dapat
dengki atasnya, (1) ikhlas dalam eramal; (2) menasehati imamul muslimi; (3)
menepao jama’ah muslimin. Maka sesungguhnya do’a mereka itu megikuti dari
belakang mereka. (HR. Tarmidzi).
Ø Ikhlas merupakan akhlak yang baik dan perlu
diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Walaupun seperti yang saya ketahui,
jika dengan berat hati tak merelakan segala sesuatunya yang telah terjadi, itu
pertanda bahwa diri sendiri belum ikhlas atas hal tersebut. Akhlak ikhlas ini
sebenarnya sangat bermanfaat bagi manusia terutama diri saya. Karena ikhlas
merupakan bentuk ketaatan atau mengabaikan pandangan makhluk dengan cara selalu
berkonsentras kepada A-Khaliq. Salah satu pilar yang terpenting dalam Islam yaitu sifat ikhlas, karena
ikhlas merupakan salah satu syarat untuk diterimanya ibadah kita kepada Allah.
Hal ini bisa dilihat dari hadits Abu Umamah, yaitu ketika Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda setelah ditanya mengenai orang yang
berperang untuk mendapatkan upah dan pujian. Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla tidak menerima suatu amal, kecuali jika
dikerjakan murni karena-Nya dan mengharap wajah-Nya”.
5. HUKUM UMAT MUSLIM MEMEPELAJARI BAHASA INGGRIS
‘alim Robbani, Syaikh Muhammad bin
Sholih Al ‘Utsaimin
وإن كنا نرى كما هو واقع أن اللغة العربية أفضل اللغات وأشرفها؛ لأنها لغة القرآن
الكريم ولغة سيد المرسلين عليه الصلاة والسلام، لكن هذه لغة عالمية مشهورة يتكلم بها
المسلم والكافر، ثم هي مقررة عليك حتى وإن كانت لغة الكفار، فإنك ربما تحتاجها في يوم
من الأيام، أنا أتمنى أني أعرف هذه اللغة؛ لأني وجدت فيها مصلحة كبيرة، يأتي رجل ليسلم
بين يديك فلا تستطيع أن تتفاهم معه
Artinya : “Kami berpandangan--sebagaimana realitas yang ada--bahwa bahasa Arab tetap adalah bahasa yang paling mulia. Karena bahasa Arab adalah bahasa Al Qur’an Al Karim dan juga menjadi bahasa para Rasul ‘alaihish sholaatu was salaam. Akan tetapi bahasa Inggris adalah bahasa dunia yang begitu masyhur. Bahasa ini digunakan oleh muslim dan kafir (sehingga sekarang tidak bisa lagi disebut bahasa khas orang kafir, pen). Di samping itu, bahasa Inggris itu menjadi bahasa yang wajib Anda pelajari (diberbagai jenjang pendidikan, pen). Andai bahasa Inggris adalah bahasa khas orang kafir, boleh jadi pada suatu waktu Anda membutuhkannya.
“Aku sendiri berangan-angan, andai saja aku bisa menguasai bahasa Inggris. Sungguh, aku melihat terdapat manfaat yang amat besar bagi dakwah jika saja bahasa Inggris bisa kukuasai. Karena jika kita tidak menguasai bahasa tersebut, bagaimana kita bisa berdakwah jika ada yangmasuk islam dihadapan kita”.
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin :Bagaimana hukum mempelajari bahasa Inggris pada masa sekarang ini?
Artinya : “Kami berpandangan--sebagaimana realitas yang ada--bahwa bahasa Arab tetap adalah bahasa yang paling mulia. Karena bahasa Arab adalah bahasa Al Qur’an Al Karim dan juga menjadi bahasa para Rasul ‘alaihish sholaatu was salaam. Akan tetapi bahasa Inggris adalah bahasa dunia yang begitu masyhur. Bahasa ini digunakan oleh muslim dan kafir (sehingga sekarang tidak bisa lagi disebut bahasa khas orang kafir, pen). Di samping itu, bahasa Inggris itu menjadi bahasa yang wajib Anda pelajari (diberbagai jenjang pendidikan, pen). Andai bahasa Inggris adalah bahasa khas orang kafir, boleh jadi pada suatu waktu Anda membutuhkannya.
“Aku sendiri berangan-angan, andai saja aku bisa menguasai bahasa Inggris. Sungguh, aku melihat terdapat manfaat yang amat besar bagi dakwah jika saja bahasa Inggris bisa kukuasai. Karena jika kita tidak menguasai bahasa tersebut, bagaimana kita bisa berdakwah jika ada yangmasuk islam dihadapan kita”.
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin :Bagaimana hukum mempelajari bahasa Inggris pada masa sekarang ini?
Jawaban:Jika engkau membutuhkan maka
mempelajarinya adalah suatu alat sebagai sarana berdakwah kepada Allah. Bisa
jadi mempelajari bahasa Inggris hukumnya wajib, namun jika engkau tidak
membutuhkan janganlah engkau menyibukkan waktumu dengan hal itu.
Sibukkanlah dengan hal yang lebih penting dan
bermanfaat.Tingkat kepentingan masyarakat mempelajari bahasa Inggris
berbeda-beda. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam pernah memerintah Zaid bin
Tsabit mempelajari bahasa Yahudi. Jadi mempelajari bahasa Inggris merupakan alat
saja.Sekiranya engkau membutuhkan maka engkau bisa mempelajari, jika tidak maka
janganlah menyia-nyiakan waktumu untuk mempelajarinya.
Syaikh Al Utsaimin ghafarallahu lahu juga
ditanya: Bagaimana pendapat anda tentang seorang penuntut ilmu yang mempelajari
bahasa Inggris, terlebih lagi bahasa itu nantinya digunakan untuk berdakwah di
jalan Allah?
Beliau rahimahullah menjawab:
Kami menilai bahwa mempelajari bahasa
Inggris, tidak diragukan lagi, merupakan sebuah alat (saja).Suatu alat disebut
baik jika memiliki tujuan-tujuan yang baik dan menjadi buruk jika memiliki
tujuan-tujuan yang buruk (pula).Tetapi sesuatu yang wajib untuk dijauhi adalah
jika engkau menjadikan bahasa Inggris sebagai suatu alternatif daqi bahasa
Arab, maka ini sungguh tidak boleh.Kami mendengar ada sebagian orang bodoh
berbincang-bincang dengan bahasa Inggris sebagai alternatif penggati bahasa
Arab.
Namun jika bahasa Inggris ini digunakan
sebagai sarana (alat) untuk berdakwah maka tidak diragukan lagi bahwa
penggunaan bahasa ini terkadang hukumnya menjadi wajib.Saya belum pernah
mempelajari bahasa Inggris dan saya dulu berharap ingin mempelajarinya.
Terkadang saya benar-benar (sangat)
membutuhkannya, sebab seorang penerjemah tidak mungkin dapat mengungkapkan
secara sempurna apa yang tersirat di dalam benakku. Akan saya tuturkan sebuah
kisah yang terjadi di masjid bandara di kota Jeddah dengan beberapa personil
dari Kantor Bimbingan Islam, kami berbicara selepas shalat Shubuh tentang
kelompok Tijaniyah (Ahmadiyah) bahwa aliran ini adalah aliran yang batil dan
mengingkari agama Islam dan saya pun berbicara tentang kelompok ini sesuai
dengan apa yang saya ketahui. Lalu datanglah seorang lelaki kepadaku, dia
berkata, “Saya memohon anda mengijinkan saya untuk menerjemahkannya ke dalam
bahasa Al-Husa.”Maka saya katakan, “Tidak mengapa.”Dia pun menerjemahkannya.
Kemudian datang seorang lelaki dengan tergopoh-gopoh, ia mengatakan, “Orang
yang menerjemahkan ceramahmu ini memuji kelompok Tijaniyah.”
Maka saya pun tercengang dan saya mengucapkan
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Sekiranya saya mengetahui semisal bahasa
ini, tentunya saya tidak butuh para penipu itu.Walhasil, mengenali bahasa orang
yang engkau ajak bicara, tidak diragukan lagi, adalah perkara yang penting
sehingga dapat menyampaikan pengetahuan-pengetahuan (pesan-pesan) kepada orang
yang bersangkutan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ
Artinya :“Kami
tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya,
supaya ia
dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.” (Ibrahim : 4)
Adapun hadits yang
menjelaskan tentang bahasa :
عن خارجة – يعني ابن زيد بن
ثابت :- قال : قال زيد بن ثابت: أمرني رسول الله صلى الله عليه وسلم فتعلمت له
كتاب يهود، وقال: (( إني والله ما آمن يهود على كتابي))فتعلمته، فلم يمر بي إلا
نصف شهر حتى حذقته، فكنت أكتب له إذا كتب وأقرأ له إذا كُتب إليه
Dari Kharijah -yakni Ibnu Zaid bin Tsabit-
berkata: “Zaid bin Tsabit (yakni ayahnya) berkata: “Rasulullah menyuruhku untuk
mempelajari kitab orang Yahudi. Zaid bin Tsabit berkata: “Demi Allah,
sesungguhnya tidaklah beriman orang Yahudi itu kepada kitab (Al-Qur’an)
kemudian aku mempelajarinya (kitab Yahudi) tidak terlewatkan dariku melainkan
selama setengah bulan aku selalu bermuka masam. Aku menulis kitab itu apabila
dia menulis, dan aku membacanya apabila ditulis atasnya.”Hadits ini dikeluarkan
oleh Abu Dawud dalam Kitabul Ilmi Bab Riwayatu Haditsi Ahli Kitab, Imam Ahmad
juz 5 hal.186, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak juz I hal. 75 seraya berkata:
“Hadits ini shahih.” Dan Adz-Dzahabi menyepakatinya.
Hadits ini diletakkan Al-Bukhari dalam
Shahih-nya pada Kitabul Ahkam Bab: Turjamatul Hukkam wa Hal Yajuzu Turjamani
Wahidin dengan perkataan: “Kharijah Ibnu Zaid Ibnu Tsabit berkata dari Zaid bin
Tsabit berkata: “Nabi menyuruhku mempelajari kitab orang Yahudi hingga aku
menulisnya apa yang dia (orang Yahudi) tulis dan aku membaca kitab-kitab mereka
apabila mereka menulisnya.” Dan lihat Al-Ishabah juz I hal. 543.
No comments:
Post a Comment